strategi pembelajaran al-quran pada lembaga majelis al-qurra’ wa al-huffaz pondok pesantren as’adiyah sengkang kabupaten wajo July 2017 Inspiratif Pendidikan 6(2):355
Pondok Pesantren As’adiyah didirikan oleh seorang ulama Bugis yang bernama Al-Alimu AlAllamah Anre Gurutta Kiai Haji Muhammad As’ad Al-Bugisi yang lahir di tanah suci Mekkah pada tahun 1902, dan meninggal dunia pada tahun 1952 di Sengkang Kabupaten Wajo. Pada awalnya kegiatan pendidikan yang di selenggarakan Pondok Pesantren As’adiyah , hanya berupa pengajian khalaqah Mangaji tudang. Kemudian pada Bulan Mei 1930 dikembangkan dengan mendirikan lembaga Pendidikan dengan sistem klasikal Madrasy. Pendidikan Madrasy ini mengambil tempat dan melaksanakan kegiatan Anre Gurutta Muhammad As’ad, Pendiri Pontren As’adiyah pendidikan di Mesjid Jami’ Sengkang, yang selanjutnya diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI, saat yang sama dibuka dan menerima santri tahfidz al Qur’an. Pada awal perkembangannya Pondok Pesantren As’adiyah kepemimpinan berada ditangan AG. Muhammad As’ad, dan dibantu beberapa ulama Arab Saudi sebagai pengasuh, antara lain Al Allamah syekh Mahmud Abdul Jawwad al Madany, Sayyid Ahmad al Afifi al Misry, Sayyid Sulaeman dan Syekh Haji Muhammad Ya’la. Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI pada periode pertama membina jenjang pendidikan; Ibtidaiyah 4 Tahun, dan Tsanawiyah 3 Tahun, serta satu kelas khusus Pengkaderan Ulama, Pada saat itu tidak ada klasifikasi usia, dalam arti santri yang belajar pada setiap jenjang umumnya sudah remaja, bahkan ada santri berusia dewasa. Setelah AG. Muhammad As’ad meninggal dunia pada tahun 1952, Kemudian kepemimpinan diteruskan oleh murid -murid beliau seperti AG. H. Muhammad Daud Ismail 1952 -1961AG. H. Muhammad Yunus Martan 1961 -1986AG. H. Hamzah Badawi 1986 – 1980AG. H. Abdul Malik Muhammad 1998 – 2000AG. Prof. Dr. H Abd Ranman Musa 2000 2002AG Prof. Dr. H M Rafii Yunus Martan, MA 2002-2018AG. Drs. H. Muhammad Sagena, MA 2018-2022AG. Prof. Dr. H Nasaruddin Umar MA 2022 – sekarang Muktamar XV Pondok Pesantren As’adiyah 2022 menetapkan pimpinan pusat yang baru dibawah kepemimpinan AG. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA Dengan semangat untuk berkhidmat kepada almamater. Anregurutta menawarkan pola pengelolaan. sistem manajemen yang baru dalam pondok pesantren dengan kurang lebih 320 cabang yang lersebar di seluruh pelosok nusantara ini Pondok Pesantren As’adiyah menyelenggarakan pendidikan dan dakwah Islamiyah dan dikebola secara organisasi kelembagaan. Saat ini Pondok Pesantren As adiyah membina lembaga pendidikan mulai dari lembaga pendidikan anak usia dini hingga lembaga pendidikan tinggi Pada tahun pelajaran 2023/2024 Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang mulai menerapkan sistem Penerimaan Santri Baru yang terintegrasi di bawah kendali pimpinan pusat.
Dikutip dari web kemenag, PBSB adalah kepanjangan dari Program Beasiswa Santri Berprestasi. Program unggulan kementerian agama yang dicanangkan sejak tahun 2005 telah berhasil melahirkan intelektual-intelektual religius dan nasionalis yang dikhususkan bagi kalangan santri agar mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk melanjutkan studi sarjana dan magister. .
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta. Amzah. 2009. Ali, Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung Angkasa. Arief, Aramai. ilmu dan Metodologi Pendidikan Ciputat Pers. Arifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer. Yogyakarta, Graha Ilmu. Azra, Azyumardi. 2000. “Transformasi Nilai Islam dalam Etika Sosial”, dalam Nurcholish Madjid, ed., Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Respon dan Transformasi Nilai-nilai Islam Menuju Masyrakat Madani. Jakarta Media Cita. Departemen Agama. Pola Pembinaan Kegiatan Kemasjidan. Badan Kesejahteraan Mesjid BKM Departemen Agama Pusat Jakarta, 1991. Ejang, AS. 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Widya Padjajaran, Bandung. Ensiklopedia Islam, 1993. Jakarta Ichtiar Baru Van Houve. Glassea, Cyril. 2002. The Concise Ensyclopedia of Islam, terj. A. Mas’adi, Ensiklopedia Islam Ringkas, Ed. I. Cet. III; Jakarta Raja Grafindo Persada. Haedari, Amin dan Abdullah Hanif, ed. Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta IRD PRESS. Hasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Cet. IV; Jakarta Raja Grafindo Persada. Kalsum, Ummu. 2008. Muhammad As’ad, Pendiri Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang. Makassar Alauddin Press. Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta Paramadina. Nata, Abuddin. ed., 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Gramedia Widiasarana Indonesia. Nizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai II; Jakarta Prenada Media Noor, Mahpuddin. 2006. Potret Dunia Pesantren Lintasan Sejarah, Perubahan, dan Perkembangan Pondok Pesantren. Bandung Humaniora. Passanreseng, Muh. Yunus. 1992. Sejarah Lahir dan Pertumbuhan Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang. Sengkang PB. As’adiyah. Pimpinan Pusat As’adiyah Sengkang, Setengah Abad As’adiyah 1930-1980. Sengkang Pimpinan Pusat As’adiyah, Rama, Bahaking. 2003. Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren Kajian Pesantren As’adiyah Sengkang Sulawesi Selatan. Jakarta Parodatama Wiragemilang.
Wajo (Media Center As’adiyah) – Lantai 2 SDA Pusat Sengkang menjadi tempat pelaksanaan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) yang diselenggarakan pada 30 Oktober 2023 hingga 01 November 2023. ANBK adalah singkatan dari Asesmen Nasional Berbasis Komputer yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Kegiatan ini tidak hanya
Video Profile Sejarah Pondok Pesantren As’adiyah didirikan oleh seorang ulama Bugis yang bernama Kiyai Haji Muhammad As’ad yang lahir di tanah suci Mekkah pada tahun 1902, dan meninggal dunia pada tahun 1952 di Sengkang Kabupaten Wajo. Pada awalnya kegiatan pendidikan yang di selenggarakan Pondok Pesantren As’adiyah , hanya berupa pengajian khalaqah Mangaji tudang. Kemudian pada Bulan Mei 1930 dikembangkan dengan mendirikan lembaga Pendidikan dengan sistim klasikal Madrasy. Pendidikan Madrasy ini mengambil tempat dan melaksanakan kegiatan pendidikan di Mesjid Jami Sengkang, yang selanjutnya diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI, saat yang sama di dibuka dan menerima santri tahfidz al Qur’an. Pada awal perkembangannya Pondok Pesantren As’adiyah kepemimpinan berada ditangan AG. H. Muhammad As’ad, dan dibantu beberapa ulama Arab Saudi sebagai pengasuh, antara lain Al Allamah syekh Mahmud Abdul Jawwad al Madany, Sayyid Ahmad al Afifi al Misry, Sayyid Sulaeman dan Syekh Haji Muhammad Ya’la. Kemudian diteruskan oleh murid muridnya seperti AG. Rahman Ambo Dalle 1900-1996, AG. H. Muhammad Daud Ismail 1908-2005/1952-1961, Yunus Martan 1986-1988, AG. Manguluang 1986-1988, AG. Malik Muhammad 1988-2000, AG. Rahman Musa 2000-2002, dan Yunus Martan, MA 2002-sekarang. Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI pada periode pertama membina jenjang pendidikan; Ibtidaiyah 4 Tahun, dan Tsanawiyah 3 Tahun, serta satu kelas khusus Pengkaderan Ulama, Pada saat itu tidak ada klasifikasi usia, dalam arti santri yang belajar pada setiap jenjang umumnya sudah remaja, bahkan ada santri berusia dewasa. Setelah Muhammad As’ad meninggal dunia pada tahun 1952, kepemimpinan Pondok Pesantren dipercayakan kepada Daud Ismail. Dan selanjutnya dipimpinan oleh Yunus Martan. Dari kedua ulama besar inilah Pondok Pesantren As’adiyah mengalami kemajuan dan perkembangan serta diterima oleh masyarakat Islam secara luas. Saat ini, Pondok Pesantren As’adiyah memiliki cabang kurang lebih 320 yang tersebar diseluruh pelosok nusantara. Untuk tingkatan Pusat membina santri mulai dari Taman Kanak Kanak/RA sampai perguruan Tinggi. LEMBAGA PENDIDIKAN Pondok Pesantren As’adiyah menyelenggarakan pendidikan dan dakwah Islamiyah dan dikelola secara organisasi kelembagaan. Saat ini Pondok Pesantren As’adiyah Membina lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak Kanak/Raodatul Atfal, sampai Lembaga Pendidikan Tinggi. Visi Misi VISI, MISI dan TUJUAN Visi Pondok Pesantren As’adiyah adalah “Menjadikan Pondok Pesantren As’adiyah Sebagai Pesantren Terkemuka di Wilayah Indonesia yang mengakselerasikan Pendidikan dan Dakwah Islamiyah” Misi, Melaksanakan Pendidikan Berbasis Keislaman Melaksanakan Dakwah Berbasis Kultural Mengembangkan Ilmu Agama yang berbasis amaliah Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan sikap keislaman Meningkatkan jaringan kemitraan dengan lembaga terkait Mengembangkan nilai nilai Keislaman dalam binghkai kebhinnekaan Tujuan As’adiyah bertujuan memelihara dan mengembangkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jamaah, bermazhab Syafii guna melahirkan keluaran yang berilmu, beriman, bertakwa dan berakhlak mujlia, serta bertanggung jawab kepada pembangunan agama, bangsa dan Negara Republik Indonesia. Profil Pendiri Anregurutta AG H. M. As’ad. Dalam masyarakat Bugis dahulu beliau digelar Anre Gurutta Puang Aji Sade’. Beliau merupakan Mahaguru dari Gurutta Ambo Dalle 1900 – 1996, adalah putra Bugis, yang lahir di Mekkah pada hari Senin 12 Rabi’ul Akhir 1326 H/1907 M dari pasangan Syekh H. Abd. Rasyid, seorang ulama asal Bugis yang bermukim di Makkah al-Mukarramah, dengan Hj. St. Saleha binti H. Abd. Rahman yang bergelar Guru Terru al-Bugisiy. Pada akhir tahun 1347 H/1928 M, dalam usia sekitar 21 tahun. AG H. M. As’ad merasa terpanggil untuk pulang ke tanah leluhur, tanah Bugis, guna menyebarkan dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk tanah Wajo khususnya, dan Sulawesi pada umumnya. Beliau berbekal ilmu pengetahuan agama yang mendalam dan gelora panggilan ilahi, disertai semangat perjuangan yang selalu membara. Pada waktu itu, memang berbagai macam bid’ah dan khurafat masih mewarnai pengamalan agama Islam, oleh karena kurangnya pendidikan dan da’wah Islamiyah kepada mereka. Langkah pertama yang dilakukan beliau setelah tiba di kota Sengkang adalah mulai mengadakan pengajian khalaqah di rumah kediamannya. Di samping itu beliau mengadakan da’wah Islamiyah di mana-mana, serta membongkar tempat-tempat penyembahan dan berhala-berhala yang ada disekitar kota Sengkang. Pada tahun pertama gerakan beliau, bersama dengan santri-santri yang berdatangan dari daerah Wajo serta daerah-daerah lainnya, beliau berhasil membongkar lebih kurang 200 tempat penyembahan dan berhala. Pada tahun 1348 H/1929 M, Petta Arung Matoa Wajo, Andi Oddang, meminta nasehat Anregurutta H. M. As’ad tentang pembangunan kembali masjid yang dikenal dengan nama Masjid Jami, yang terletak di tengah-tengah kota Sengkang pada waktu itu. Setelah mengadakan permusyawaratan dengan beberapa tokoh masyarakat Wajo, yaitu ! AG H. M. As’ad, 2 H. Donggala, 3 La Baderu, 4 La Tajang, 5 Asten Pensiun, dan 6 Guru Maudu, maka dicapailah kesepakatan bahwa mesjid yang sudah tua itu perlu dibangun kembali. Pembangunan kembali masjid itu dimulai pada bulan Rabiul Awal 1348 H/1929 M, dan selesai pada bulan Rabiul Awal 1349/1930 M. Setelah selesai pembangunannya, maka Masjid Jami itu diserahkan oleh Petta Arung Matoa Wajo Andi Oddang kepada AG H. M. As’ad untuk digunakan sebagai tempat pengajian, pendidikan, dan da’wah Islam. Sejak itulah beliau mendirikan madrasah di Mesjid Jami’ itu, dan diberi nama al-Madrasah al-Arabiyyah al-Islamiyyah MAI Wajo. Tingkatan-tingkatan yang beliau bina pada waktu itu adalah 1. Tahdiriyah, 3 tahun 2. Ibtidaiyah, 4 tahun 3. Tsanawiyah, 3 tahun 4. I’dadiyah, 1 tahun 5. Aliyah, 3 tahun Semua kegiatan persekolahan ini dipimpin langsung oleh AG H. M. As’ad, dibantu oleh dua orang ulama besar, yaitu Sayid Abdullah Dahlan garut, ex. Mufti Besar Madinah al-Munawwarah, dan Syekh Abdul Jawad Bone. Beliau juga dibantu oleh murid-murid senior beliau seperti AG H. Daud Ismali, dan almarhum AG H. Abd. Rahman Ambo Dalle. Pengajian khalaqah pesantren yang diadakan setiap ba’da shalat Subuh, ba’da shalat Ashar, dan ba’da shalat Magrib, yang semula diadakan di rumah beliau, dipindahkan kegiatannya ke Mesjid Jami Sengkang. Pesantren dan Madrasah yang didirikan dan dibina oleh beliau itulah yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren As’adiyah sekarang. Selain Pesantren dan Madrasah tersebut di atas, AG H. M. As’ad juga membuka suatu lembaga pendidikan yang baru, yaitu Tahfizul Qur’an, yang dipimpin langsung oleh beliau, dan bertempat di Masjid Jami Sengkang. Pada tahun 1350 H/1931 M. atas prakarsa Andi Cella Petta Patolae Petta Ennengnge, dengan dukungan tokoh-tokoh masyarakat Wajo, dibangunlah gedung berlantai dua di samping belakang Masjid Jami Sengkang. Bangunan itu diperuntukkah bagi kegiatan al-Madrasah al-Arabiyyah al-Islamiyyah MAI Wajo, karena santrinya semakin bertambah. AG H. M. As’ad berpulang ke rahmatullah pada hari Senin 12 Rabiul Akhir 1372 H/29 Desember 1952 M. dalam usia 45 tahun. Sesuai dengan wasiat beliau beberapa saat sebelum wafat, peninggalan beliau berupa Madrasah dan pesantren kemudian dilanjutkan pembinaannya oleh dua murid senior beliau; AG H. Daud Ismail, dan AG H. M. Yunus Martan. Pada tanggal 13 Agustus 1999, berdasarkan Undang-undang No. 6 Tahun 1959, dan Keppres RI No. 076/TK/Tahun 1999, Presiden RI telah menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Mahaputra Naraya kepada AG H. M. As’ad, karena jasa-jasa beliau yang luar biasa terhadapa negara dan bangsa Indonesia. Tanda penghormatan itu diterima di Jakarta atas nama beliau oleh putra beliau, H. Abd. Rahman As’ad
\n biaya pesantren as adiyah sengkang
This paper discusses about the tradition of fiqh Madzhab in manhaji in scholars regeneration at Islamic boarding schools As'adiyah Sengkang. The focus of the study is the fiqh construction of Ma'had al-Aliy and implementation of Ma'had al-Qaeda Usuliyah in strengthening fiqh Ma'had al-'Aliy at Islamic boarding schools As'adiyah Sengkang.
ï»żPondok Pesantren As’adiyah Eksis Sejak Tahun 1930, Sudah Miliki kurang lebih 500 Cabang dan banyak menelorkan banyak ulama ternama, membuat Wajo digelari sebagai Kota santri. Ya, Sengkang cukup familiar dengan sebutan Kota Santri. Keberadaan Pondok Pesantren As’adiyah, sebagai mesin pencetak para mubalig maupun ulama, itu dikenal diseantero nusantara ini. Selain melahirkan ulama, juga banyak alumninya yang jadi ilmuwan. Bagaimana sejarahnya? Madrasah As’adiyah merupakan jelmaan dari madrasatul Arabitaul Islamiyah MAI, resmi didirikan oleh Al-Allamah Asysyek HM As’ad pada mei tahun 1930, meski aktivitas pengajian di mulai pada tahun 1928. Penamaan As’adiyah di ambil dari nama pendirinya As’ad, dia merupakan putra pasangan H. Abd Rasyid dan Sitti Shalehah seorang ulama berdarah bugis wajo yang menetap di tanah suci Mekkah. kecil sendiri lahir dan besar di tanah mekah . Awal menginjakkan kaki di tanah kelahiran kedua orangtuanya , masih berusia sekitar 22 tahun, Karena didik dilingkungan para ulama di mekkah sehingga penguasaan ilmu pengetahuan di bidang agama sangat mumpuni , bahkan telah menghafal alquran 30 juz di usia masig tergolong belia, 14 tahun . Wakil ketua Pengurus Besar As’adiyah Sengkang, KH Abunawas Bintang beberapa waktu lalu menceritakan sebelum menjadi Madrasatul Arabiatul Islamiah MAI awalnya hanya pengajian biasa dikediaman Gurutta sapaan oleh muridnya , red namun semakin hari muridnya semakin banyak hingga turun ke mesjid yang sekarang bernama Menjadi Mesjid Jami di Tokampu Sengkang. Masjid yang saat ini berdiri megah dengan dua lantai , lantai II merupakan tempat belajar MTS I Puteri As’adiyah Sengkang , dan lantai I juga ada MTS II Puteri Sengkang. Untuk mengenang sebagai penghormatan atas jasa-jasanya dalam. Pengembangan Islam di wajo , maka nama diabadikan sebagai nama jalan ruas yang memanjang di sekitar Masjid Jami Sengkang. Di sinilah awal terbentuknya sekola bernama MAI yang tempatnya difasilitasi oleh arung matoa Wajo saat itu ada lima tingkatan kelas. Menurut pria kelahiran kajuara-bone 1946 ini perkembangan MAI semakin hari semakin pesat , masayarakat dari berbagai pelosok daerah berbondong-bondong datang untuk belajar kesohoran tidak hanya di kenal di Wajo atau di sulawesi saja sebagai tokoh ulama yang cerdas tapi juga dari daerah luar. Sehingga tidak mengherankan jika banyak yang datang dari luar provinsi seperti sumatra dan kalimantan . Singkat cerita setelah meninggal dunia pada tahun 1952 saat itu usianya baru menginjak usia 48 tahun. Setelah itu MAI di nisbatkan menjadi madrasah As’adiyah , kepemimpinan beralih ke KH Daud Ismail , dia merupakan murid langsung angkatan pertama bersama KH Abdul Rahman Ambo Dalle yang juga merupakan mantan anggota MPR RI 1982-1987 sekaligus pendiri perguruan darud da’wan wal irsyad DDI yang ada di pare-pare , pinrang , ponpes mangkoso di barru. Pada tahun 1973 kota sengkang terbakar termasuk Sekolah Madrasah As’adiyah, sehingga setelah itu, pondok pesantren As’adiyah pindah ke Jalan Veteran Sengkang Kelurahan Lapongkoda pada 1966 kala itu sampai sekarang. Saat ini, Pondok pesantren As’adiyah punya jenjang pendidikan formal untuk setiap tingkatan, mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Bahkan, As’adiyah mengembangkan diri untuk penyebaran syiar islam diseluruh wilayah di Indonesia, tercatat sudah memiliki sekitar 500 cabang yang tersebar disejumlah daerah lain, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulbar, Sulawesi Tengah, NTT hingga Papua. lin Miliki Kurikulum Khusus, Pengajian Halaqah Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang tidak hanya menggembleng para santri dibidang agama melalui pendidikan normal, tapi juga membina penghafal alqur’an yang dipersiapkan untuk jadi imam dan Mahad’ Aly pengkaderan ulama untuk jadi muballigh. Sehingga, As’adiyah memang sudah diakui sebagai mesin pencetak ulama. Sejak berdirinya sudah menelorkan ribuan alumni, ada yang muballigh hingga imam masjid. Bahkan tidak sedikit alumni yang mendirikan pondok pesantren baru didaerah lain atau minimal jadi pembina pesantren dan banyak juga alumninya yang menjadi guru besar disejumlah perguruan tinggi islam seperti UIN Alauddin Makassar. Selain itu, sejumlah tenaga pengajar dan guru besar di UIN Alauddin Makassar ,salah satunya adalah Prof Kamaruddin Amin, dan Anre- Gurutta Prof Dr H. Raffi Yunus Martang yang juga merupakan ketua umum PB As’adiyah,Prof Dr Karim Hafid, Dr Kamaluddin Abunawas, Dr Abustani ILyas . KH. Abunawas Bintang mengaku, rata-rata alumni As’adiyah yang dulu-dulu kualitasnyadi akui khalayak, seperti bacaan alquran nya saat menjadi imam shalat,begitu pun juga saat jadi mubalig dari satu daerah ke daerah lain, apalagi pada saat bulan suci ramadhan, para mubalig dan imam shalat tarwih dari As’adiyah di sebar ke seluruh daerah yang ada di indonesia sesuai permintaan, bahkan pernah ada yang dikirim ke luar negeri seperti Malaysia. “Dulu, tidak ada ulama yang tidak lahir dari rahim As’adiyah,kalaupun tidak pernah belajar secara formal di As’adiyah’ tapi minimal pernah balajar di alumninya As’adiyah ,”ujarnya . Seperti tahun-tahun sebelumnya, disetiap momentum bulan suci ramadhan, As’adiyah selalu menyebar imam tarwih dan muballighnya yang d berasal dari berbagai tingkatan, mulai tsanawiyah/sederajat SMP, Madrasah Aliyah, Mahasiswa, Mahad ali yang dibina As’adiyah, bahkan ada dari alumni. Khusus untuk penghafal al-qur’an, mereka di koordinir oleh pembina masing-masing di mesjid jami Sengkang. Jumlah yang tersebar tergantung permintaan, tidak hanya di Wajo saja, tapi banyak dari luar provinsi. Jadi, selama sebulan full, tidak ada aktivitas didalam pondok pesantren, hanya masjid didalam kompleks saja yang dimanfaatkan untuk shalat lima waktu. Ketua Panitia Ramadan Pondok Pesantren As’adiyah, Muhiddin Tahir mengatakan untuk tahun ini muballigh yang disebar ada 510 orang dan imam tarwih ada 75 orang. Selain di Wajo, juga ada disebar di Sulawesi Tenggara, Kaltim, Kupang, hingga Irian Jaya. Namun, ada yang unik dimiliki oleh As’adiyah yang tidak dimiliki oleh pondok pesantren lainnya, dalam proses belajar-mengajar dipendidikan formal menggunakan kurikulum khusus. Namanya, pengajian halaqah, itu dilakukan setelah shalat magrin dan setelah shalat subuh yang diajarkan dalam bahasa bugis. Itu diajarkan mulai jenjang Madrasah Tsanawiyah, Aliyah hingga Ma’had Aly. Menurut Dr. KM. Muhiddin Tahir, kurikulum itu ada sejak ada pondok pesantren as’adiyah, model pengajarannya, ada kitab khusus yang dibaca oleh guru dan kitab yang sama harus berada didepan semua para santri. Biasanya, pengajian Halaqah ini dilaksanakan di masjid khusus yang ditunjuk, ada enam masjid, yakni masjid raya, masjid jami, masjid macanang dan 3 masjid di kelurahan Lapongkoda. penulis Nurlina Arsyad
SekolahPutri Darul Istiqamah (SPIDI) adalah sekolah islam khusus putri terletak di Kab Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Sekolah Putri Darul Istiqamah memiliki sejarah panjang, berawal pada tahun 1971 Pesantren Darul Istiqamah sebagai induk membuka kelas untuk santri baik putra maupun putri dengan jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. SENGKANG - Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang adalah pondok pesantren tertua di Sulawesi Selatan. Terletak di tengah-tengah ibu kota Kabupaten Wajo, berjarak sekitar 200 km dari Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Didirkan pertama kali oleh seorang ulama Bugis yang lahir dan besar di Makkah, Arab Saudi, yakni KH Muhammad As'ad atau lebih dikenal sebagai Anregurutta Puang Haji Sade pada 1930. Hingga kini, As'adiyah masih eksis dan terus mencetak santri-santri yang berkualitas dan berdaya saing, serta menjadi wadah penempaan bagi calon-calon ulama besar. Sepanjang perjalanannya selama 90 tahun lebih, ada 8 orang tercata memimpin pondok pesantren yang dulunya bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI itu. Dimulai oleh sang pendiri, yakni KH Muhammad As'ad 1930-1952, lalu dilanjutkan Muhammad Daud Ismail 1952-1961, Muhammad Yunus Martan 1961-1988, Hamzah Badawi 1988, Abdul Malik 1988-2000, Abdul Rahman Musa 2000-2002, Muhammad Rafii Yunus Martan 2002-2018 dan Muhammad Sagena 2018-sekarang. Berikut profil singkat para pimpinan Ponpes As'adiyah dari masa ke masa 1. AGH Muhammad As'ad al Bugisi 1930-1952. Beliau adalah anak dari pasangan Syeikh H Abdul Rasyid dengan Hj St Saleha binti Abdul Rahman, lahir di Makkah 12 Rabiul Akhir 1326 H/1907 M. Masa kecil dan remaja Muhammad As'ad dihabiskan di Makkah, Arab Saudi untuk belajar ilmu agama. "Sekitar 1928, Gurutta kembali ke tanah leluhurnya, lantaran banyaknya permintaan dari jemaah haji asal Wajo yang memintanya ke Wajo," kata Wakil Ketua Umum PP As’adiyah, KH Muhyiddin Tahir. Usianya 21 tahun saat menginjakkan kaki di tanah leluhurnya. Pada saat itu, di kediamannya di sebelah barat Masjid Jami cikal bakal Ponpes As'adiyah, Muhammad As'ad mengadakan halaqah rutin. Dua tahun berselang, yakni Mei 1930 halaqah dipindah di Masjid Jami' dan KH Muhammad As'ad resmi membuat sebuah lembaga pendidikan bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah MIA. Murid-murid awalnya, yakni Muhammad Daud Ismail, Muhammad Yunus Martan, serta Abdurrahman Ambo Dalle, adalah ulama-ulama kesohor di Sulawesi Selatan. Dua nama awal kelak melanjutkan estafet kepemimpinan di pesantren, sementara nama terakhir adalah pendiri Ponpes DDI Magkoso di Kabupaten Barru.
Sengkang (Media Center PP As’adiyah) – Panitia Penerimaan Santri Baru (PSB) Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang, hari ini melaksanakan Tes Tertulis dan Wawancara bagi calon santri baru Tahun Pelajaran 2023/2024. Senin (19/06/23) Pelaksanaan seleksi calon santri Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang tahun pelajaran 2023/2024 berlangsung selama dua hari, Senin sampai dengan
2Krd.
  • 65cy9384l7.pages.dev/469
  • 65cy9384l7.pages.dev/39
  • 65cy9384l7.pages.dev/226
  • 65cy9384l7.pages.dev/559
  • 65cy9384l7.pages.dev/403
  • 65cy9384l7.pages.dev/111
  • 65cy9384l7.pages.dev/279
  • 65cy9384l7.pages.dev/339
  • biaya pesantren as adiyah sengkang